Kalau Syiah tak Salah, Kenapa Kita Ribut?

Sudah jelas begini, negara masih saja tak secara ikhlas melindungi hak2 kewarganegaraan warganya. Hak untuk beragama, hak untuk memperoleh pendidikan (bagi anak warga syiah), dan hak memperoleh rasa aman itu merupakan hak yang paling asasi dan dijamin oleh konstitusi.

Dan kita jga patut prihatin kementerian agama sendiri kurang respon terhadap masalah ini, bahkan menag SDA justru menginginkan warga syiah meninggalkan keyakinannya. Sungguh prihatin dan ironis.

Berikut ini saya kutip dari group kmnu:

Balitbang Kemenag: Tak Ada yang Salah dengan Syiah Sampang

KBR68H, Jakarta – Hasil penelitian Badan Litbang dan Diklat Kementerian

Agama menyatakan tidak ada yang salah dengan paham Syiah yang dianut

warga Sampang, Madura. Menurut PenelitiBalitbang Kementerian Agama Wahid Sugiarto, hal ini juga sesuai dengan Deklarasi Oman yang menyatakan ajaran Syiah sah.

Dari hasil penelitian tersebut, kata Wahid, Balitbang mengeluarkan

rekomendasi agar warga Syiah Sampang bisa diterima. Selain itu,

rekomendasi juga menyatakan perlu adanya proses penyadaran bagi para

ulama di Sampang untuk melaksanakan empat pilar kebangsaan dalam

kehidupan dan berbangsa dan bernegara, diantaranya sikap toleransi.

“Di situ kan ada tradisi namanya Maulid, dilakukan besar-besaran.

Setiap rumah itu mengadakan acara itu. Karena Tajul melihat bahwa

masyarakat nya miskin seperti itu jadi dia berinisiatif oleh Maulid

tetap diadakan tapi cuma sekali saja. Sebenarnya itu awalnya. Kalau

masalah lain seperti keluarga, itu hanyalah accessories. Tajul itu

secara hukum dan politis itu ditelikung juga,“ jelas Peneliti Balitbang

Kementerian Agama Wahid Sugiarto.

Wahid Sugiarto menambahkan

meski penelitian ini independen, namun ketika sudah masuk ke pimpinan

lebih tinggi di Kementerian Agama sudah bukan tanggung jawabnya.

Penelitian ini dipakai oleh pemerintah dengan pertimbangan dampaknya.

Sebelumnya dalam proses rekonsiliasi warga Syiah Sampang, Menteri Agama

Suryadharma Ali meminta warga Syiah untuk meninggalkan ajarannya. Dalam

rekonsiliasi tersebut Gubernur Jawa Timur, Sukarwo menggandeng

akademisi IAIN Sunan Ampel untuk mempertemukan tokoh-tokoh Syiah dan

Sunni, serta sejumlah LSM.

Posted from WordPress for BlackBerry.

Tinggalkan komentar