dari sepeda jengki itu…

Sepeda jengki tua bermerek ‘phoenix’ itu seperti tak kenal lelah. Suara rantai yang menggesek penutup dan pedalnya tak kalah nyaring dengan part lainnya yang turut bersuara tatkala bertemu jalan berbatu, atau saat menyeberang rel kereta.

Di rack belakang, tak hanya menampung barang bawaan, si tuan juga membawa tumpangan lainnya. dua anak laki laki umur lima tahun—aku dan teman sebayaku—ke sekolah taman kanak-kanak ‘Maryam’, di sebuah kampung 17 Km dari kota Cilacap, Jawa Tengah.

Tempus 32 tahun lalu itu, kini teringat kembali saat satu diantara dua anak itu pun melakukan hal yang sama, mengantarkan dua anaknya berangkat ke sekolah.

Perkembangan zaman memang merubah semuanya. Kini anak anak diantar bukan lagi memakai sepeda, melainkan kendaraan roda dua, bahkan tak jarang yang menggunakan roda lebih dari dua. Sadar hidup di kawasan kota, kadang tak sama sama menyadarkan pentingnya menggunakan moda yang lebih ramah lingkungan.

Bahkan, tak hanya itu kesibukan orang tua pun tak jarang menjadi alasan kuat untuk ortu masa kini menitipkan kepada abang-abang gojek atau jasa pengantar tetangga sebelah. “paling hanya dua atau tiga lembar uang ratusan untuk mengganti bensin si abang” demikian jawaban ortu berkilah.

Memori keakraban orang tua dengan anak-anaknya sudah selaiknya kita jaga sampai kapanpun. Paling tidak, ingatan itu akan kembali diputar menjadi semangat buat sang anak puluhan tahun mendatang, seperti halnya tulisan ini.